» BATUAN BEKU
Batuan beku adalah jenis batuan yang
terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras dengan atau tanpa proses
kritalisasi baik di bawah permukaan sebagai batuan instrusif maupun di atas
permukaan bumi sebagai ekstrutif. Batuan beku dalam bahasa latin dinamakan igneus
(dibaca ignis) yang artinya api. Berdasarkan teksturnya batuan beku ini
bisa dibedakan lagi menjadi batuan beku plutonik dan vulkanik. Batuan beku
plutonik umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang relatif lebih lambat
sehingga mineral-mineral penyusunnya relatif besar. Contoh batuan beku plutonik
ini seperti gabro, diorite, dan granit (yang sering dijadikan hiasan rumah).
Sedangkan batuan beku vulkanik umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang
sangat cepat (misalnya akibat letusan gunung api) sehingga mineral penyusunnya
lebih kecil. Contohnya adalah basalt, andesit (yang sering dijadikan pondasi
rumah), dan dacite.
Batuan beku insteusif atau
instrusi atau plutonik adalah batuan beku yang telah menjadi kristal dari
sebuah magma yang meleleh di bawah permukaan Bumi. Magma yang membeku di bawah
tanah sebelum mereka mencapai permukaan bumi disebut dengan nama pluton. Nama
Pluto diambil dari nama Dewa Romawi dunia bawah tanah. Batuan dari jenis ini
juga disebut sebagai batuan beku plutonik atau batuan beku intrusif. Sedangkan
batuan belu ekstrusif adalah batuan beku yang terjadi karena keluarnya magma ke
permukaan bumi dan menjadi lava atau meledak secara dahsyat di atmosfer dan
jatuh kembali ke bumi sebagai batuan.
Magma ini dapat berasal dari batuan setengah
cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya,
proses pelelehan dapat terjadi karena salah satu dari proses-proses berikut ini
; penurunan tekanan, kenaikan temperatur, atau perubahan komposisi. Lebih dari
700 tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, dan sebagian besar batuan
beku tersebut terbentuk di bawah permukaan kerak bumi.
Berdasarkan keterangan dari para
ahli seperti Bapak Turner dan Verhoogen tahun 1960, Bapak F.F Groun Tahun 1947,
Bapak Takeda Tahun 1970, Magma didefinisikan atau diartikan sebagai cairan
silikat kental pijar yang terbentuk secara alami, memiliki temperatur yang
sangat tinggi yaitu antara 1.500 sampai dengan 2.500 derajat celcius serta
memiliki sifat yang dapat bergerak dan terletak di kerak bumi bagian bawah.
Dalam magma terdapat bahan-bahan yang terlarut di dalamnya yang bersifat
volatile / gas (antara lain air, CO2, chlorine, fluorine, iro,
sulphur dan bahan lainnya) yang magma dapat bergerak, dan non-volatile / non
gas yang merupakan pembentuk mineral yang umumnya terdapat pada batuan beku.
Dalam perjalanan menuju bumi magma mengalami penurunan suhu, sehingga
mineral-mineral pun akan terbentuk. Peristiwa ini disebut dengan peristiwa
penghabluran.
• Tekstur
Batuan Beku
Tekstur pada batuan beku umumnya ditentukan oleh tiga hal utama, yaitu kritalinitas, Granularitas dan Bentuk Kristal.
Tekstur pada batuan beku umumnya ditentukan oleh tiga hal utama, yaitu kritalinitas, Granularitas dan Bentuk Kristal.
1. Kritalinitas
Kristalinitas merupakan derajat
kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu terbentuknya batuan tersebut.
Kristalinitas dalam fungsinya digunakan untuk menunjukkan berapa banyak yang
berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk kristal, selain itu juga dapat
mencerminkan kecepatan pembekuan magma. Apabila magma dalam pembekuannya
berlangsung lambat maka kristalnya kasar. Sedangkan jika pembekuannya
berlangsung cepat maka kristalnya akan halus, akan tetapi jika pendinginannya
berlangsung dengan cepat sekali maka kristalnya berbentuk amorf.
a. Dalam pembentukannnya dikenal
tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu:
- Holokristalin, Holokristalin adalah batuan beku
dimana semuanya tersusun oleh kristal.
- Hipokristalin, Hipokristalin adalah apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan
sebagian lagi terdiri dari massa kristal.
- Holohialin, Holohialin adalah batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas.
- Hipokristalin, Hipokristalin adalah apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan
sebagian lagi terdiri dari massa kristal.
- Holohialin, Holohialin adalah batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas.
2, Granularitas
Granularitas dapat diartikan
sebagai besar butir (ukuran) pada batuan beku. Pada umumnya dikenal dua
kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:
a. Fanerik atau fanerokristalin, Besar kristal-kristal dari golongan ini dapat
dibedakan satu sama lain secara megaskopis dengan mata telanjang. Kristal -
kristal jenis fanerik ini dapat dibedakan menjadi:
- Halus (fine), apabila ukuran diameter butir kurang dari 1 mm.
- Sedang (medium), apabila ukuran diameter butir antara 1 – 5 mm.
- Kasar (coarse), apabila ukuran diameter butir antara 5 – 30 mm.
- Sangat kasar (very coarse), apabila ukuran diameter butir lebih dari 30 mm.
a. Fanerik atau fanerokristalin, Besar kristal-kristal dari golongan ini dapat
dibedakan satu sama lain secara megaskopis dengan mata telanjang. Kristal -
kristal jenis fanerik ini dapat dibedakan menjadi:
- Halus (fine), apabila ukuran diameter butir kurang dari 1 mm.
- Sedang (medium), apabila ukuran diameter butir antara 1 – 5 mm.
- Kasar (coarse), apabila ukuran diameter butir antara 5 – 30 mm.
- Sangat kasar (very coarse), apabila ukuran diameter butir lebih dari 30 mm.
b. Afanitik, Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak bisa
dibedakan dengan
mata telanjang sehingga diperlukan bantuan mikroskop. Batuan dengan tekstur
afanitik dapat tersusun oleh kristal, gelas atau keduanya. Dalam analisis
mikroskopis dibedakan menjadi tiga yaitu :
- Mikrokristalin, Jika mineral-mineral pada batuan beku bisa diamati dengan
bantuan mikroskop dengan ukuran butiran sekitar 0,1 – 0,01 mm.
- Kriptokristalin, jika mineral-mineral dalam batuan beku terlalu kecil untuk
diamati meskipun dengan bantuan mikroskop. Ukuran butiran berkisar antara
0,01 – 0,002 mm.
- Amorf/glassy/hyaline, apabila batuan beku tersusun oleh gelas.
mata telanjang sehingga diperlukan bantuan mikroskop. Batuan dengan tekstur
afanitik dapat tersusun oleh kristal, gelas atau keduanya. Dalam analisis
mikroskopis dibedakan menjadi tiga yaitu :
- Mikrokristalin, Jika mineral-mineral pada batuan beku bisa diamati dengan
bantuan mikroskop dengan ukuran butiran sekitar 0,1 – 0,01 mm.
- Kriptokristalin, jika mineral-mineral dalam batuan beku terlalu kecil untuk
diamati meskipun dengan bantuan mikroskop. Ukuran butiran berkisar antara
0,01 – 0,002 mm.
- Amorf/glassy/hyaline, apabila batuan beku tersusun oleh gelas.
3. Bentuk Kristal
Bentuk kristal merupakan sifat
dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat batuan secara keseluruhan.
Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal tiga bentuk kristal, yaitu:
- Euhedral, jika batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal.
- Subhedral, jika sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi.
- Anhedral, jika mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.
- Ditinjau dari pandangan tiga dimensi, dikenal empat bentuk kristal, yaitu:
- Equidimensional, jika bentuk kristal ketiga dimensinya sama panjang.
- Tabular, jika bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi yang lain.
- Prismitik, jika bentuk kristal satu dimensi lebih panjang dari dua dimensi yang lain.
- Irregular, jika bentuk kristal tidak teratur.
- Euhedral, jika batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal.
- Subhedral, jika sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi.
- Anhedral, jika mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.
- Ditinjau dari pandangan tiga dimensi, dikenal empat bentuk kristal, yaitu:
- Equidimensional, jika bentuk kristal ketiga dimensinya sama panjang.
- Tabular, jika bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi yang lain.
- Prismitik, jika bentuk kristal satu dimensi lebih panjang dari dua dimensi yang lain.
- Irregular, jika bentuk kristal tidak teratur.
Hubungan
Antar Kristal
Hubungan antar kristal atau disebut juga relasi diartikan sebagai hubungan antara kristal atau mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan. hubungan antar kritak dapat dibagi menjadi beberapa jenis antara lain sebagai berikut :
- Equigranular, yaitu jika secara relatif ukuran kristalnya yang membentuk batuan berukuran sama besar. Berdasarkan keidealan kristal-kristalnya, maka equigranular dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Panidiomorfik granular, yaitu jika sebagian besar mineral-mineralnya terdiri
dari mineral - mineral yang euhedral.
b. Hipidiomorfik granular, yaitu jika sebagian besar mineral-mineralnya terdiri
dari mineral - mineral yang subhedral.
c. Allotriomorfik granular, yaitu jika sebagian besar mineral-mineralnya terdiri
dari mineral - mineral yang anhedral.
- Inequigranular, yaitu jika ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk batuan tidak sama besar. Mineral yang besar disebut fenokris dan yang lain disebut massa dasar atau matrik yang bisa berupa mineral atau gelas.
Hubungan antar kristal atau disebut juga relasi diartikan sebagai hubungan antara kristal atau mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan. hubungan antar kritak dapat dibagi menjadi beberapa jenis antara lain sebagai berikut :
- Equigranular, yaitu jika secara relatif ukuran kristalnya yang membentuk batuan berukuran sama besar. Berdasarkan keidealan kristal-kristalnya, maka equigranular dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Panidiomorfik granular, yaitu jika sebagian besar mineral-mineralnya terdiri
dari mineral - mineral yang euhedral.
b. Hipidiomorfik granular, yaitu jika sebagian besar mineral-mineralnya terdiri
dari mineral - mineral yang subhedral.
c. Allotriomorfik granular, yaitu jika sebagian besar mineral-mineralnya terdiri
dari mineral - mineral yang anhedral.
- Inequigranular, yaitu jika ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk batuan tidak sama besar. Mineral yang besar disebut fenokris dan yang lain disebut massa dasar atau matrik yang bisa berupa mineral atau gelas.
Struktur Batuan Beku
Struktur batuan beku sebagian besar hanya dapat dilihat di lapangan saja, misalnya,
Pillow lava atau lava bantal, yaitu struktur paling khas dari batuan vulkanik bawah laut, membentuk struktur seperti bantal.
Struktur batuan beku sebagian besar hanya dapat dilihat di lapangan saja, misalnya,
Pillow lava atau lava bantal, yaitu struktur paling khas dari batuan vulkanik bawah laut, membentuk struktur seperti bantal.
Ø
Joint
struktur, merupakan
struktur yang ditandai adanya kekar-kekar yang tersusun secara teratur tegak
lurus arah aliran. Sedangkan struktur yang dapat dilihat pada contoh-contoh
batuan (hand speciment sample), yaitu:
Ø
Masif, yaitu jika tidak menunjukkan adanya sifat
aliran, jejak gas (tidak menunjukkan adanya lubang-lubang) dan tidak
menunjukkan adanya fragmen lain yang tertanam dalam tubuh batuan beku.
Ø
Vesikuler, yaitu struktur yang berlubang-lubang yang
disebabkan oleh keluarnya gas pada waktu pembekuan magma. Lubang-lubang
tersebut menunjukkan arah yang teratur.
Ø
Skoria, yaitu struktur yang sama dengan struktur
vesikuler tetapi lubang-lubangnya besar dan menunjukkan arah yang tidak
teratur.
Amigdaloidal, yaitu struktur dimana lubang-lubang gas telah terisi oleh mineral-mineral sekunder, biasanya mineral silikat atau karbonat.
Amigdaloidal, yaitu struktur dimana lubang-lubang gas telah terisi oleh mineral-mineral sekunder, biasanya mineral silikat atau karbonat.
Ø
Xenolitis, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya
fragmen/pecahan batuan lain yang masuk dalam batuan yang mengintrusi.
Pada umumnya batuan beku tanpa struktur (masif), sedangkan struktur-struktur yang ada pada batuan beku dibentuk oleh kekar (joint) atau rekahan (fracture) dan pembekuan magma, misalnya: columnar joint (kekar tiang), dan sheeting joint (kekar berlembar).
Pada umumnya batuan beku tanpa struktur (masif), sedangkan struktur-struktur yang ada pada batuan beku dibentuk oleh kekar (joint) atau rekahan (fracture) dan pembekuan magma, misalnya: columnar joint (kekar tiang), dan sheeting joint (kekar berlembar).
Batuan
Beku Berdasarkan Tempat Terjadinya
1.
Batuan beku Intrusif
Batuan ini terbentuk dibawah permukaan bumi,
sering juga disebut batuan beku dalam atau batuan beku plutonik. Batuan beku
intrusif mempunyai karakteristik diantaranya, pendinginannya sangat
lambat(dapat sampai jutaan tahun),memungkinkan tumbuhnya kristal-kristal yang
besar dan sempurna bentuknya, menjadi tubuh batuan beku intrusif. Batuan beku
intrusi selanjutnya dapat dibagi lagi menjadi batuan beku intrusi dalam dan
batuan beku intrusi permukaan. berdasarkan kedudukannya terhadap perlapisan
batuan yang diterobosnya, struktur
tubuh batuan beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu konkordan dan diskordan.
2.
Batuan Beku Ekstrusif
Batuan
beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung
dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang memiliki berbagai
struktur yang memberi petunjuk mengenai proses yang terjadi pada saat pembekuan
lava tersebut. Struktur ini diantaranya:
- Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan
- Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah poligonal seperti batang pensil.
- Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal-gumpal. Hal ini diakibatkan proses pembekuan terjadi pada lingkungan air.
- Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada batuan beku. Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat pembekuan.
- Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral lain seperti kalsit, kuarsa atau zeolit
- Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran mineral pada arah tertentu akibat aliran.
STRUKTUR
BATUAN BEKU
Struktur Batuan Beku adalah pembagian
batuan beku berdasarkan bentuk batuan beku dan proses kejadiannya, yang terbagi
menjadi:
a.Struktur
Bantal (pillow structure)
Struktur Bantal adalah struktur
yang dinyatakan pada batuan ekstrusi tertentu yang dicirikan oleh massa batuan
yang berbentuk bantal, berukuran antara 30 – 60 cm dan biasanya jarak antar
bantal berdekatan dan terisi oleh bahan-bahan dari sedimen klastik, terbentuk
di dalam air dan umumnya terbentuk di laut dalam.
b. Struktur Vesikular
b. Struktur Vesikular
Struktur Vesikular adalah struktur pada
batuan ekstrusi yang terdapat rongga-rongga yang berbentuk elip, silinder
maupun tidak beraturan. Terbentuknya rongga-rongga terjadi akibat
keluarnya/dilepaskannya gas-gas yang terkandung di dalam lava setelah mengalami
penurunan tekanan.
c. Struktur Aliran
c. Struktur Aliran
Struktur Aliran terjadi akibat lava
yang disemburkan tidak ada yang dalam keadaan homogen, karena saat lava menuju
ke permukaan selalu terjadi perubahan komposisi, kadar gas, kekantalan, dan
derajat kristalisasi. Struktur aliran dicerminkan dengan adanya goresan berupa
garis-garis yang sejajar, perbedaan warna dan teksturnya.
d. Struktur Kekar
d. Struktur Kekar
Struktur Kekar adalah bidang-bidang
pemisah/retakan yang terdapat dalam semua jenis batuan, biasanya disebabkan
oleh proses pendinginan tetapi ada yang disebabkan oleh gerakan-gerakan di
dalam bumi yang berlaku sesudah batuan mengalami pembekuan.
Retakan-retakan yang memotong sejajar dengan permukaan bumi menghasilkan struktur perlapisan, sedang yang tegak lurus dengan permukaan bumi akan menghasilkan struktur bongkah.
Retakan-retakan yang memotong sejajar dengan permukaan bumi menghasilkan struktur perlapisan, sedang yang tegak lurus dengan permukaan bumi akan menghasilkan struktur bongkah.
CONTOH BATUAN BEKU
a) Granit
Granit adalah batuan beku dalam, mineralnya berbutir kasar hingga sedang, berwarna terang, mempunyai banyak warna umumna putih, kelabu, merah jambu atau merah.
b) Granodiorit
Granodiorit adalah batuan beku dalam, mineralnya berbutir kasar hingga sedang, berwarna terang, menyerupai granit.
c) Diorit
Diorit adalah batuan beku dalam, mineralnya berbutir kasar hingga sedang, warnanya agak gelap.
d) Andesit
Andesit adalah batuan leleran dari diorit, mineralnya berbutir halus, komposisi mineralnya sama dengan diorit, warnanya kelabu.
e) Gabro
Gabro adalah batuan beku dalam yang umumnya berwarna hitam, mineralnya berbutir kasar hingga sedang.
f) Basal
Basal adalah batuan leleran dari gabro, mineralnya berbutir halus, berwarna hitam.
g) Batuapung
Batuapung dibentuk dari cairan lava yang banyak mengandung gas.
Granit adalah batuan beku dalam, mineralnya berbutir kasar hingga sedang, berwarna terang, mempunyai banyak warna umumna putih, kelabu, merah jambu atau merah.
b) Granodiorit
Granodiorit adalah batuan beku dalam, mineralnya berbutir kasar hingga sedang, berwarna terang, menyerupai granit.
c) Diorit
Diorit adalah batuan beku dalam, mineralnya berbutir kasar hingga sedang, warnanya agak gelap.
d) Andesit
Andesit adalah batuan leleran dari diorit, mineralnya berbutir halus, komposisi mineralnya sama dengan diorit, warnanya kelabu.
e) Gabro
Gabro adalah batuan beku dalam yang umumnya berwarna hitam, mineralnya berbutir kasar hingga sedang.
f) Basal
Basal adalah batuan leleran dari gabro, mineralnya berbutir halus, berwarna hitam.
g) Batuapung
Batuapung dibentuk dari cairan lava yang banyak mengandung gas.
BATUAN SEDIMEN
Batuan sedimen adalah
batuan yang terbentuk dari akumulasi material hasil perombakan batuan yang
sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia maupun organisme, yang di
endapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang kemudian mengalami
pembatuan.
Sedimen berdasarkan proses terjadinya :
1. Sedimen klastik yaitu diangkut dari tempat
asal kemudian diendapkan tanpa harus mengalami proses kimiawi. contohnya : batu
breksi (kerikil dengan sudut tajam), konglomerat (kerikil dengan sudut tumpul),
pasir.
2. Sedimen kimiawi, endapan hasil
pelarutan kimiawi. misal : gips, batu garam.
3. Sedimen organik, dipengaruhi unsur
organik. sebagai contoh batu bara dan batu gamping.
Sedimen berdasarkan tenaga pengangkutnya :
a. sedimen aquatis, diendapkan oleh air.
contoh batu pasir dan lumpur
b. sedimen aeolis, sedimen yang
diendapkan oleh angin. tanah los dan pasir
c. sedimen glasial, terbentuk karena
tenaga gletser. misal morena, tanah lim.
d. sedimen marine, terbentuk oleh air
laut. misal delta.
Sedimen berdasarkan tempat diendapkannya
a. sedimen teretis, berada di darat.
misal tanah loss, batu tuff, breksi.
b. sedimen fluvial, berada di dasar
sungai. contoh pasir
c. sedimen marine, didasar laut. misal
batu karang, batu garam.
d. sedimen palludal atau limnis, berada
dirawa atau danau. contoh gambut, tanah lim.
e. sedimen glasial, contoh batu morena
yang terjadi daerah es.
f. sedimen marginal, berada di pantai.
Sifat
– sifat utama batuan sedimen :
- Adanya bidang perlapisan yaitu struktur sedimen yang menandakan adanya proses sedimentasi.
- Sifat klastik yang menandakan bahwa butir-butir pernah lepas, terutama pada golongan detritus.
- Sifat jejak adanya bekas-bekas tanda kehidupan (fosil).
- Jika bersifat hablur, selalu monomineralik, misalnya : gypsum, kalsit, dolomite dan rijing.
Menurut
R.P. Koesoemadinata, 1981 batuan sedimen dibedakan menjadi enam golongan
yaitu :
1.Golongan
Detritus Kasar
Batuan
sedimen diendapkan dengan proses mekanis. Termasuk dalam golongan ini antara
lain adalah breksi, konglomerat dan batupasir. Lingkungan tempat pengendapan
batuan ini di lingkungan sungai dan danau atau laut.
2.
Golongan Detritus Halus
Batuan
yang termasuk kedalam golongan ini diendapkan di lingkungan laut dangkal sampai
laut dalam. Yang termasuk ked ala golongan ini adalah batu lanau, serpih, batu
lempung dan Nepal.
3.
Golongan Karbonat
Batuan
ini umum sekali terbentuk dari kumpulan cangkang moluska, algae
dan foraminifera. Atau oleh proses pengendapan yang merupakan rombakan
dari batuan yang terbentuk lebih dahulu dan di endpkan disuatu tempat.
4.
Golongan Silika
Proses
terbentuknya batuan ini adalah gabungan antara pross organik dan kimiawi untuk
lebih menyempurnakannya.
5.
Golongan Evaporit
Proses
terjadinya batuan sedimen ini harus ada air yang memiliki larutan kimia yang
cukup pekat. Pada umumnya batuan ini terbentuk di lingkungan danau atau laut
yang tertutup, sehingga sangat memungkinkan terjadi pengayaan unsure -
unsur tertentu. Batuan-batuan yang termasuk kedalam batuan ini adalah gip,
anhidrit, batu garam.
6.
Golongan Batubara
Batuan
sedimen ini terbentuk dari unsur-unsur organik yaitu dari tumbuh-tumbuhan.
Lingkungan terbentuknya batubara adalah khusus sekali, ia harus memiliki banyak
sekali tumbuhan sehingga kalau timbunan itu mati tertumpuk menjadi satu di
tempat tersebut.
METAMORF
Batuan metamorf atau yang disebut juga dengan nama
batuan malihan adalah sekelompok batuan yang merupakan hasil dari ubahan atau
transformasi dari suatu tipe batuan yang sudah ada sebelumnya (protolith) oleh
suatu proses yang dinamakan metamorfosis atau perubahan bentuk. Batu gneis,
batu sabak, batu marmer dan batu skist merupakan beberapa contoh dari batuan metamorf.
Batuan metamorf dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1.
Batuan
Metamorf Kontak, adalah Batuan yang mengalami metamorfose sebagai akibat
dari adanya suhu yang sangat tinggi (sebagai akibat dari aktivitas magma). Contohnya
batu kapur (gamping) menjadi marmer.
2.
Batuan
Metamorf Dinamo adalah Batuan yang mengalami metamorfose sebagai akibat
dari adanya tekanan yang tinggi (berasal dari tenaga endogen) dalam waktu yang
lama. Contohnya batu lumpur (mud stone) menjzdi batu tulis (slate).
3.
Batuan
Metamorf Kontak Pneumatolistis, adalah Batuan yang mengalami metamorfose
sebagai akibat dari adanya pengaruh gas-gas yang ada pada magma. Contohnya
kuarsa dengan gas fluorium berubah menjadi topas.
Batuan
metamorf terjadi karena adanya perubahan yang disebabkan oleh proses
metamorfosa. Proses metamorfosa merupakan suatu proses pengubahan batuan akibat
perubahan tekanan, temperatur dan adanya aktifitas kimia fluida/gas atau
variasi dari ketiga faktor tersebut. Proses metamorfosa merupakan proses
isokimia, dimana tidak terjadi penambahan unsur-unsur kimia pada batuan yang
mengalami metamorfosa. Temperatur berkisar antara 2000 C – 8000
C, tanpa melalui fase cair (Diktat Praktikum Petrologi, 2006).
Faktor-faktor
yang menyebabkan terjadinya metamorfosa adalah perubahan temperatur, tekanan
dan adanya aktifitas kimia fluida atau gas (Huang, 1962).
Perubahan
temperatur dapat terjadi oleh karena berbagai macam sebab, antara lain oleh
adanya pemanasan akibat intrusi magmatit dan perubahan gradien geothermal.
Panas dalam skala kecil juga dapat terjadi akibat adanya gesekan atau friksi
selama terjadinya deformasi suatu massa batuan. Pada batuan silikat batas bawah
terjadinya metamorfosa pada umumnya pada suhu 1500 C +
500C yang ditandai dengan munculnya mineral-mineral Mg – carpholite,
Glaucophane, Lawsonite, Paragonite, Prehnite atau Slitpnomelane. Sedangkan
batas atas terjadinya metamorfosa sebelum terjadi pelelehan adalah berkisar 6500C-11000C,
tergantung pada jenis batuan asalnya (Bucher & Frey, 1994).
Tekanan
yang menyebabkan terjadinya suatu metamorfosa bervariasi dasarnya. Metamorfosa
akibat intrusi magmatik dapat terjadi mendekati tekanan permukaan yang besarnya
beberapa bar saja. Sedangkan metamorfosa yang terjadi pada suatu kompleks
ofiolit dapat terjadi dengan tekanan lebih dari 30-40 kBar (Bucher & Frey,
1994).
Aktivitas
kimiawi fluida dan gas yang berada pada jaringan antara butir batuan, mempunyai
peranan yang penting dalam metamorfosa. Fluida aktif yang banyak berperan
adalah air beserta karbon dioksida, asam hidroklorik dan hidroflorik. Umumnya
fluida dan gas tersebut bertindak sebagai katalis atau solven serta bersifat
membentuk reaksi kimia dan penyetimbang mekanis (Huang WT, 1962).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar